Foto oleh Tranmautritam dari Pexels
Proses desain seringkali melibatkan sejumlah kelompok orang yang berbeda dan di departemen berbeda. Karena alasan ini, mengembangkan, mengkategorikan, dan mengorganisir sebuah ide dan solusi masalah bisa menjadi sangat sulit untuk dilakukan.
Walaupun sulit dilakukan, ide dan solusi masalah menjadi sangat penting ketika Anda memutuskan untuk mengembangkan sebuah produk atau layanan, karena ide dan solusi dari sebuah masalah adalah nilai dari sebuah produk atau layanan yang nantinya akan dirasakan dan memberi manfaat kepada pengguna. Salah satu cara untuk menjaga proyek pengembagan tetap pada jalurnya dan mengatur ide-ide inti adalah dengan pendekatan Design Thinking.
Tim Brown, CEO dari perusahaan inovasi dan desain terkenal IDEO, menunjukkan dalam bukunya yang sukses, “Change by Design”. Design Thinking secara tegas didasarkan pada menghasilkan pemahaman holistik dan empatik tentang masalah yang dihadapi orang, dan melibatkan emosi, kebutuhan, motivasi, dan perilaku.
Hal ini kontras dengan pendekatan ilmiah semata, di mana terdapat lebih banyak jarak dalam proses pemahaman dan pengujian kebutuhan dan emosi pengguna — misalnya, melalui penelitian kuantitatif.
Design thinking pada dasarnya adalah pendekatan pemecahan masalah yang kompleks dalam bidang desain, yang menggabungkan perspektif holistik yang berpusat pada pengguna dengan rasional dan penelitian analitik dengan tujuan menciptakan solusi inovatif (Tim Brown, CEO IDEO).
Kesimpulannya adalah Design Thinking menjadi alat penting karena dapat memecahkan masalah kompleks dalam desain dan mampu menciptakan solusi inovatif yang berdasarkan pengguna.