Personal branding telah menjadi salah satu alat pemasaran yang ampuh di era informasi dan media sosial sekarang ini. Meski tidak mempromosikan produk atau perusahaan Anda secara langsung, kesan yang Anda timbulkan lewat personal branding bisa lebih dalam daripada marketing secara hard sell.
Memang butuh usaha ekstra, karena dalam proses pembentukan brand personal banyak hal yang harus Anda lakukan sendiri. Ketika Anda menjadikan diri Anda sebagai alat marketing, kepribadian serta keahlian Anda menjadi sangat penting untuk ditonjolkan, dan hal-hal seperti ini tentu tidak bisa didelegasikan.Personal branding telah menjadi salah satu alat pemasaran yang ampuh di era informasi dan media sosial sekarang ini. Meski tidak mempromosikan produk atau perusahaan Anda secara langsung, kesan yang Anda timbulkan lewat personal branding bisa lebih dalam daripada marketing secara hard sell.
Meski berat, personal branding merupakan strategi bisnis cerdas yang akan bermanfaat dalam jangka panjang. Dengan penerapan yang baik, brand personal Anda dapat menjadi investasi berharga.
Di bawah ini saya akan mengajak Anda mengupas bagaimana personal branding bekerja, cara memulainya, serta bagaimana Anda bisa mengembangkannya.
Menularkan Image dari Personal ke Produk
Berikut tiga kegiatan yang bisa Anda kerjakan dalam membangun personal branding :
Manusia bisa lebih mudah menjalin ikatan emosi dengan sesama manusia daripada dengan benda mati. Daripada mempromosikan produk, jauh lebih mudah membuat diri Anda sendiri berkesan di mata orang lain.
Ingat, pemilik bisnis selalu dikaitkan dengan bisnisnya, jadi bila Anda memiliki image positif di masyarakat, bisnis Anda pun akan tertular image positif itu. Inilah cara kerja personal branding.
Cara menumbuhkan image positif yang sangat ampuh adalah dengan membagikan ilmu atau expertise (keahlian) yang Anda miliki. Semakin sering Anda menulis konten bermanfaat, nama Anda akan semakin dikenal sebagai seorang pakar di suatu bidang. Anda juga akan semakin dihormati, dikagumi, serta dipercaya di masyarakat.
Bukan Hanya CEO
Berbicara tentang wajah perusahaan di masyarakat, mungkin bayangan Anda langsung tertuju pada para bos atau CEO. Berbicara tentang GO-JEK, misalnya, tentu kita tak bisa lepas dari image sang founder, Nadiem Makariem. Tapi sebetulnya personal branding tidak harus dilakukan oleh CEO. Siapa saja di perusahaan bisa melakukannya.
Pejabat level-C memang punya banyak pengalaman dalam mendirikan perusahaan atau mengatur para bawahan. Tapi para “pekerja lapangan” pun punya ilmu praktis yang tak kalah berharga. Developer produk, misalnya, bisa berbagi tentang bagaimana mereka menangani masalah keamanan di aplikasi. Sementara seorang community manager bisa menceritakan strategi untuk mengubah komunitas menjadi konsumen.
Anda juga tidak harus terpaku pada bisnis Anda saja ketika berbagi ilmu. Bila Anda memiliki minat serta keahlian di bidang yang tak berhubungan, jangan ragu untuk membuat konten di bidang tersebut. Diversifikasi konten seperti ini justru bisa membantu Anda menjangkau audiens yang biasanya tidak bisa Anda dapatkan.
Kisah Sukses Personal Branding
Contoh personal branding yang sukses misalnya Leo Widrich, Co-Founder platform manajemen media sosial Buffer. Di awal pendirian perusahaan, Leo sempat kesulitan mendapatkan traksi.
Ia kemudian mulai berbagi keahlian seputar life hacking, produktivitas, serta marketing lewat tulisan-tulisan. Ia menulis di mana saja, mulai blog pribadi, blog perusahaan, hingga situs-situs luar.
Leo tidak hanya menulis tentang aplikasi Buffer, tapi juga tentang bidang-bidang ilmu yang berkaitan dengannya. Hasilnya, nama Leo dikenal sebagai pakar di bidang tersebut. Ini mendatangkan banyak kesempatan untuk tampil di media, dan sekarang Leo telah menjadi figur populer yang tulisannya selalu dibagikan puluhan ribu kali. Popularitas serta reputasi Buffer pun ikut terdongkrak.
Dari Leo kita bisa belajar bahwa langkah awal pembentukan brand personal sebetulnya tidak sulit. Yang harus Anda lakukan adalah memiliki pendapat dan membagikan pendapat tersebut lewat media apa pun. Setelah membangun fondasi, berikutnya kamu bisa memperkuat brand personal itu agar lebih kuat dan relevan dengan bisnis Anda.
Nah, Ini Dia Cara Membangun Brand Personal !
Jadi, sudah siap kah Perusahaan Anda meroket dipasaran?
Sumber: Google Primer