Blog Home
Table of Content

Marketplace Semakin Mahal, Saatnya Beralih ke Toko Online?

By : Sapto 10 August 2022

Marketplace Semakin Mahal, Saatnya Beralih ke Toko Online?

Baru-baru ini di bulan Agustus tahun 2022, sebuah marketplace besar di Indonesia membuat kebijakan yang cukup heboh, dengan memberlakukan ‘biaya transaksi’. Biaya transaksi dikenakan untuk setiap transaksi barang fisik yang terjadi di dalam platform tersebut. Nominalnya memang tidak terlalu besar, hanya Rp1.000,00. Nominal tersebut bahkan tidak cukup untuk membeli sebungkus jajanan anak-anak. Akan tetapi, jika dikalikan dengan jumlah transaksi dalam satu hari, bisa menjadi nominal yang cukup besar.

Biaya transaksi ini, atau di platform lain disebut juga dengan ‘handling fee’ atau biaya penanganan, adalah biaya yang dibebankan langsung kepada pelanggan (buyer) setiap melakukan transaksi. Ada platform yang mengenakan biaya ini berdasarkan cara pembayaran yang pelanggan pilih, atau juga ada yang mengenakan biaya ini untuk cara pembayaran apapun yang dipilih. Yang jelas, menanggung biaya ini adalah pelanggan.

Biaya Transaksi vs Biaya Administrasi

Biaya transaksi ini berbeda dengan biaya administrasi. Jika biaya transaksi dibebankan kepada pelanggan, biaya administrasi adalah biaya yang dibebankan oleh marketplace kepada penjual (seller). Besaran biaya ini beragam, biasanya berupa persentase dari harga barang yang dibeli. Semakin tinggi level penjualnya, biaya administrasi yang dikenakan juga bertambah. Dengan adanya biaya transaksi, maka pihak seller dan buyer sama-sama dikenakan biaya ekstra dari barang yang mereka jual dan beli.

Mari kita bayangkan dengan sebuah ilustrasi sederhana, jika kita menjadi seller di sebuah marketplace.

Misalnya kita menjual sebuah barang dengan harga satuan sebesar Rp100.000,00.

Penjual dikenakan biaya administrasi sebesar 2,5%, ditambah lagi dengan biaya diskon marketplace sebesar Rp 10.000,00.

Maka, pendapatan (D) penjual setiap ada penjualan barang adalah
D = (100.000 – 10.000) – 2.5%
    = Rp87.750,00

Dengan demikian, biaya yang dibayarkan oleh penjual setiap transaksi adalah Rp12.250.

Jika ada 1000 barang yang terjual setiap hari, dikalikan dengan 30 hari dalam satu bulan, maka biaya yang akan dikeluarkan cukup besar, ya.

Selain itu, pelanggan juga akan mengeluarkan biaya tambahan untuk biaya transaksi, yang dibebankan setiap transaksi terjadi.

Kelebihan dan Kekurangan Marketplace

Marketplace tentunya mendatangkan banyak keuntungan bagi sebuah bisnis. Terutama dengan sistem yang sudah terbentuk secara paripurna, jangkauannya yang masif, serta membuat marketplace mudah digunakan terutama untuk bisnis yang baru beralih dari dunia offline ke online.

Akan tetapi, marketplace juga mempunyai kekurangan, terutama untuk bisnis yang sudah besar dengan volume penjualan yang tinggi. Diantaranya adalah biaya administrasi yang dibebankan ke penjual, distraksi dari kompetitor karena semua penjual terkumpul dalam satu halaman yang sama, serta minimnya data customer yang dapat digunakan untuk remarketing. Point terakhir menjadi salah satu alasan yang cukup penting terutama bagi perusahaan yang ingin mengaktifkan channel CRM untuk pelanggannya. Salah satu alternatif pengganti marketplace adalah toko online ecommerce yang dikembangkan untuk bisnis kita.

Kenapa Toko Online Ecommerce?

Ecommerce pada dasarnya adalah semua transaksi jual beli online yang terjadi di internet. Marketplace adalah salah satu bentuk dari ecommerce. Selain terjadi di marketplace, transaksi jual beli lazim terjadi di toko online, yang biasanya berbentuk website. Kenapa sebuah bisnis membutuhkan toko online? Kapan sebenarnya bisnis kita perlu merambah toko online sebagai alternatif ecommerce?

Waktu yang tepat bagi sebuah bisnis untuk mengembangkan toko online miliknya sendiri adalah ketika basis data pelanggan kita sudah semakin banyak, serta keuntungan yang dapat mencukupi biaya operasional toko online. Marketplace tidak memfasilitasi kita dengan data pelanggan kita, sehingga akan sulit mengidentifikasi market kita yang sebenarnya seperti apa tanpa data tersebut.

Dengan adanya data pelanggan (tentu harus dengan persetujuan customer juga), maka ada berbagai macam strategi marketing yang dapat kita aplikasikan, salah satunya CRM. Customer Relationship Management (CRM) adalah sebuah aktivitas marketing yang memadukan antara data, teknologi, dengan konten marketing.

Dengan memanfaatkan data penjualan dari toko online, hal-hal berikut ini dapat kita lakukan

  • Mengetahui profil pelanggan serta membuat klasifikasinya.

Sehingga kita dapat mengetahui tipe pelanggan seperti apa yang memberikan kontribusi terbanyak bagi bisnis kita.

  • Membuat prediksi kebutuhan pelanggan untuk selanjutnya.

Dengan mengetahui pelanggan kita seperti apa, kita dapat merancang produk yang sesuai dengan kebutuhan mereka dengan lebih akurat.

  • Upselling, cross selling, serta aktivasi pelanggan yang dormant.

Kita dapat menawarkan produk yang berkaitan dengan produk terakhir yang mereka beli. Kita juga dapat memberikan penawaran menarik untuk pelanggan yang berhenti menggunakan produk atau layanan kita.

Banyak kegunaan dari toko online yang dapat kita peroleh. Hal yang perlu diingat adalah, setiap pengembangan teknologi akan membutuhkan investasi biaya, waktu, dan pikiran. Untuk dapat membuat platform toko online yang baik, kita harus benar-benar memikirkan konsep yang memudahkan pelanggan untuk bertransaksi menggunakan platform tersebut.

Selain itu, pengembangan platform tersebut tentunya bukan hanya sekali lalu selesai. Platform tersebut membutuhkan maintenance untuk meminimalisasi bug dan error, membutuhkan update untuk fitur-fitur yang digunakan, serta pengembangan design UI/UX yang mengikuti teknologi yang berkembang.

Diskusikan potensi pengembangan toko online untuk bisnismu dengan Crocodic. Kami akan membantu menganalisa apakah kondisi saat ini adalah saat yang tepat untuk mengembangkan toko online, atau memberikan sugesti solusi lain yang cocok dengan tahap perkembangan bisnis anda saat ini. Kontak kami sekarang!

Source : Detik Finance